SATUAN SINTAKSIS
1.
KATA
Dalam tataran morfologi kata
merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem); tetapi dalam
tataran sintaksis kata merupakan
satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi
komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.
Kata dibedakan menjadi dua, yaitu kata penuh (fullword) dan
kata tugas (functionword).
1.
Kata Penuh
·
Yang termasuk kata penuh adalah kata-kata yang termasuk
kategori nomina, verba, adjektifa, adverbia, dan numeralia.
·
Sebagai kata penuh, kata-kata berkategori nomina, verba, dan
adjektifa memiliki makna leksikal masing-masing, misalnya, kata kucing dan masjid, memiliki makna ‘sejenis binatang
buas’ dan ‘tempat ibadah orang Islam’
·
Kata penuh dapat mengalami proses morfologi.
·
Kata-kata yang disebut kata penuh memiliki kebebasan yang
mutlak, atau hampir mutlak, sehingga dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis.
·
Kata penuh dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis, contohnya,
pada kalimat “Nenek membaca komik.” Kata Nenek
mengisi fungsi subjek, kata membaca
mengisi fungsi predikat, dan kata komik
mengisi fungsi objek.
2.
Kata Tugas
·
Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori
preposisi dan konjungsi.
·
Kata tugas tidak mempunyai makna leksikal, tetapi mempunyai
tugas sintaksis. Contohnya: kata dan dan
meskipun, dan untuk menggabungkan menambah dua kontituen, dan meskipun untuk menggabungkan menyatakan
penegasan.
·
Kata tugas mempunyai kebebasan yang terbatas. Sesuai dengan
namanya, yaitu kata tugas, dia selalu terikat pada kata yang ada di belakangnya
(untuk preposisi), atau yang berada di depannya (untuk konjungsi). Kecuali,
jika preposisi atau konjungsi itu menjadi topik pembicaraan, tentu akan tampak
bebas.
2.
FRASE
Frase lazim didefinisikan satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan kedua unsur yang membentuk
frase itu tidak berstruktur subjek-predikat
atau berstruktur predikat-subjek),
atau frase lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat. Frase terdiri lebih dari satu kata dan frase harus
berupa morfem bebas, bukan berupa morfem terikat. Contohnya: belum makan dan tanah tinggi.
Dalam pembicaraan tentang frase biasanya dibedakan adanya
jenis frase, yaitu:
1.
Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik merupakan frase yang komponen-komponennya
tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Misalnya,
frase di pasar, yang terdiri dari
komponen di dan komponen pasar. Secara keseluruhan atau secara
utuh frase ini dapat mengisi fungsi keterangan.
Frase eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang
direktif atau frase preposisional dan frase eksosentris nondirektif. Frase
eksosentris direktif komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari,
dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya bergategori
nomina. Sedangkan frase eksosentris yang nondirektif komponen pertamanya berupa
artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum; komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang
berkategori nomina, ajektifa, atau verba. Misalnya : si miskin, sang mertua, dan
kaum cerdik pandai.
2.
Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau
komponennya memeliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan
keseluruhannya. Misalnya, sedang membaca.
Frase endosentrik ini lazim juga disebut frase
modifikatif karena komponen
keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu mengubah atau membatasi
makna komponen inti atau hulunya itu. Misalnya, kata membaca yang belum diketahui kapan terjadinya, dalam frase sedang membaca dibatasi maknanya oleh
kata sedang sehingga maknanya itu
menjadi ‘perbuatan membaca itu tengah berlangsung’.
3.
Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya
terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara
potensial dapat dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, baik yang tunggal
maupun konjungsi terbagi. Frase koordinatif ini mempunyai kategori sesuai
dengan kategori komponen pembentuknya.
Frase koordinatif yang tidak menggunkan konjungsi secara
eksplisit, biasanya disebut frase
parataksis. Contoh: hilir musik, tua
muda, pulang pergi, sawah ladang, dan dua
tiga hari.
4.
Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua
komponennya saling merujuk sesamanya; dan oleh karena itu, urutan komponennya
dapat dipertukarkan.
3.
KLAUSA
Klausa adalah
satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di
dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi
sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan
sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi
klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang
lainnya bersifat tidak wajib.
Kalusa juga
berpotensi menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi
sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat. Frase dan kata juga mempunyai
potensi untuk menjadi kalimat kalau diberi intonasi final; tetapi hanya sebagai
kalimat minor, bukan kalimat mayor, sedangkan kalusa berpotensi menjadi kalimat
mayor.
Jenis klausa dapat
dibedakan berdasarkan struktur dan kategori segmental yang menjadi predikatnya.
Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa
terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap,
sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat, dan berpotensi menjadi
kalimat mayor. Berbeda dengan klausa bebas yang mempunyai struktur lengkap,
maka klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Unsur yang ada dalam
klausa ini mungkin hanya subjek, objek, atau hanya keterangan saja. Oleh karena
itu, klausa terikat tidak mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.
Berdasarkan
kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya, dapat dibedakan menjadi
lima, yaitu:
1.
Klausa Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori
verba. Misalnya, klausa nenek membaca, dan
sapi itu berlari. Sesuai dengan
adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya (1) klausa transitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba
transitif, seperti nenek membaca surat.
(2) Klausa intransitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitif,
seperti nenek menangis. (3) Kalusa
reflektif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba reflektif, seperti nenek sedang berdandan. (4) Klausa
resiprokal, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal, seperti mereka bertengkar sejak kemarin.
2.
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina
atau frase nomina, misalnya petani, dan
dosen sintaksis.
3.
Klausa adjektifal adalah klausa yang predikatnya berkategori
adjektifa, baik berupa kata maupun frase. Contohnya: bumi ini sangat luas.
4.
Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa
adverbia.
5.
Klausa preposisional adalah klausa ynag predikatnya berupa
frase yang berkategori preposisi. Misalnya: nenek
di kamar, dan kakek ke pasar baru.
6.
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata
atau frase numeralia. Misalnya: gajinya
lima juta sebulan.
4.
KALIMAT
Kalimat adalah susunan sintaksis yang disusun dari
konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Intonasi final yang merupakan
ciri dari sebuah kalimat terdiri dari tiga buah, yaitu intonasi deklaratif,
yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik; intonasi interogatif,
yang dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda tanya; dan intonasi seru, yang
dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda seru.
Contoh:
·
Kakek membaca koran di teras.
·
Kakek membaca koran di teras, sedangkan nenek membaca buku di
kamar.
·
Apakah buku yang dibaca oleh nenek?
Jenis Kalimat
1.
Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti
Kalimat inti biasanya juga disebut kalimat dasar, adalah
kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif
atau netral, dan alternatif. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat noninti
dengan berbagai proses tranformasi.
Contoh:
·
Nenek membaca koran.
·
Koran dibaca nenek.
2.
Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat
yang terdiri atas satu klausa.
Contoh : Bacalah keras-keras!
Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas
lebih dari satu klausa. Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam
kalimat itu, dibedakan menjadi kalimat
majemuk koordinatif (kalimat majemuk setara), kalimat majemuk subordinatif
(kalimat majemuk bertingkat), dan kalimat
majemuk kompleks.
Kalimat majemuk koordinatif merupakan kalimat majemuk yang
klausa-klausanya memiliki status yang sama, setara, atau sederajat.
Klausa-klausa dalam kalimat majemuk koordinatif secara eksplisit dihubungkan
dengan konjungsi koordinatif, seperti dan,
atau, dan tetapi, namun tak
jarang hubungan itu hanya secara implisit, artinya tanpa menggunakan konjungsi.
Contoh : Nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik
tertawa-tawa.
Kalimat majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang
hubungan antara klausa-klausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu
merupakan klausa atasan, dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan. Kedua
klausa tersebut biasanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif, seperti kalau, ketika, meskipun, dan karena.
Contoh : Kalau nenek pergi, kakek pun ikut pergi.
3.
Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Perbedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakukan
berdasarkan lengkap dan tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat
itu. Jika klausanya lengkap, sekurang-kurangnyamemiliki unsur subjek dan
predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Jika klausanya tidak lengkap,
baik hanya terdiri subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan
saja, maka kalimat itu disebut kalimat minor.
Contoh kalimat mayor : Kakek
adalah seorang petani.
Contoh kalimat minor : Halo!
4.
Kalimat Verba dan Kalimat non-Verba
Kalimat verba adalah kalimat yang dibentuk dari klausa
verba, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori
verba. Sedangkan kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata
atau frase verba; bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.
Contoh:
·
Dika menendang bola.
·
Nenek sedang membaca.
5.
Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk
menjadi uraian lengkap, atau dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa
bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Misalnya, Mencari pohon besar di Jakarta sangat susah.,
sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
sebagai ujaran lengkap, atau menjadi pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan
konteks. Biasanya kalimat terikat ini menggunakan salah satu tanda
ketergantungan, seperti penanda rangkaian, penunjukan, dan penanda anaforis.
Misalnya, Apa yang kamu lakukan di sana?
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Bagus, terimakasih ilmunya
BalasHapus