Kamis, 30 Mei 2013

SATUAN SINTAKSIS



SATUAN SINTAKSIS
1.      KATA
Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem); tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi  komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.
Kata dibedakan menjadi dua, yaitu kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword).
1.      Kata Penuh
·         Yang termasuk kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, adjektifa, adverbia, dan numeralia.
·         Sebagai kata penuh, kata-kata berkategori nomina, verba, dan adjektifa memiliki makna leksikal masing-masing, misalnya, kata kucing dan masjid, memiliki makna ‘sejenis binatang buas’ dan ‘tempat ibadah orang Islam’
·         Kata penuh dapat mengalami proses morfologi.
·         Kata-kata yang disebut kata penuh memiliki kebebasan yang mutlak, atau hampir mutlak, sehingga dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis.
·         Kata penuh dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis, contohnya, pada kalimat “Nenek membaca komik.” Kata Nenek mengisi fungsi subjek, kata membaca mengisi fungsi predikat, dan kata komik mengisi fungsi objek.
2.      Kata Tugas
·         Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi.
·         Kata tugas tidak mempunyai makna leksikal, tetapi mempunyai tugas sintaksis. Contohnya: kata dan dan meskipun, dan untuk menggabungkan menambah dua kontituen, dan meskipun untuk menggabungkan menyatakan penegasan.
·         Kata tugas mempunyai kebebasan yang terbatas. Sesuai dengan namanya, yaitu kata tugas, dia selalu terikat pada kata yang ada di belakangnya (untuk preposisi), atau yang berada di depannya (untuk konjungsi). Kecuali, jika preposisi atau konjungsi itu menjadi topik pembicaraan, tentu akan tampak bebas.
2.      FRASE
Frase lazim didefinisikan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan kedua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek-predikat atau berstruktur predikat-subjek), atau frase lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frase terdiri lebih dari satu kata dan frase harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem terikat. Contohnya: belum makan dan tanah tinggi.
Dalam pembicaraan tentang frase biasanya dibedakan adanya jenis frase, yaitu:
1.      Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik merupakan frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Misalnya, frase di pasar, yang terdiri dari komponen di dan komponen pasar. Secara keseluruhan atau secara utuh frase ini dapat mengisi fungsi keterangan.
Frase eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif atau frase preposisional dan frase eksosentris nondirektif. Frase eksosentris direktif komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke,  dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya bergategori nomina. Sedangkan frase eksosentris yang nondirektif komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum; komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang berkategori nomina, ajektifa, atau verba. Misalnya : si miskin, sang mertua, dan kaum cerdik pandai.
2.      Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memeliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Misalnya, sedang membaca. Frase endosentrik ini lazim juga disebut frase modifikatif  karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu. Misalnya, kata membaca yang belum diketahui kapan terjadinya, dalam frase sedang membaca dibatasi maknanya oleh kata sedang sehingga maknanya itu menjadi ‘perbuatan membaca itu tengah berlangsung’.
3.      Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, baik yang tunggal maupun konjungsi terbagi. Frase koordinatif ini mempunyai kategori sesuai dengan kategori komponen pembentuknya.
Frase koordinatif yang tidak menggunkan konjungsi secara eksplisit, biasanya disebut frase parataksis. Contoh: hilir musik, tua muda, pulang pergi, sawah ladang, dan dua tiga hari.
4.      Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya; dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan.
3.      KLAUSA
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.
Kalusa juga berpotensi menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat. Frase dan kata juga mempunyai potensi untuk menjadi kalimat kalau diberi intonasi final; tetapi hanya sebagai kalimat minor, bukan kalimat mayor, sedangkan kalusa berpotensi menjadi kalimat mayor.
Jenis klausa dapat dibedakan berdasarkan struktur dan kategori segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat, dan berpotensi menjadi kalimat mayor. Berbeda dengan klausa bebas yang mempunyai struktur lengkap, maka klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek, objek, atau hanya keterangan saja. Oleh karena itu, klausa terikat tidak mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.
Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya, dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:
1.      Klausa Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verba. Misalnya, klausa nenek membaca, dan sapi itu berlari. Sesuai dengan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya (1) klausa transitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba transitif, seperti nenek membaca surat. (2) Klausa intransitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitif, seperti nenek menangis. (3) Kalusa reflektif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba reflektif, seperti nenek sedang berdandan. (4) Klausa resiprokal, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal, seperti mereka bertengkar sejak kemarin.
2.      Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nomina, misalnya petani, dan dosen sintaksis.
3.      Klausa adjektifal adalah klausa yang predikatnya berkategori adjektifa, baik berupa kata maupun frase. Contohnya: bumi ini sangat luas.
4.      Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbia.
5.      Klausa preposisional adalah klausa ynag predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi. Misalnya: nenek di kamar, dan kakek ke pasar baru.
6.      Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia. Misalnya: gajinya lima juta sebulan.

4.      KALIMAT
Kalimat adalah susunan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Intonasi final yang merupakan ciri dari sebuah kalimat terdiri dari tiga buah, yaitu intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik; intonasi interogatif, yang dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda tanya; dan intonasi seru, yang dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda seru.
Contoh:
·         Kakek membaca koran di teras.
·         Kakek membaca koran di teras, sedangkan nenek membaca buku di kamar.
·         Apakah buku yang dibaca oleh nenek?
Jenis Kalimat
1.      Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti
Kalimat inti biasanya juga disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif atau netral, dan alternatif. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat noninti dengan berbagai proses tranformasi.
Contoh:
·         Nenek membaca koran.
·         Koran dibaca nenek.
2.      Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa.
Contoh : Bacalah keras-keras!
Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa. Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam kalimat itu, dibedakan menjadi kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk setara), kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat), dan kalimat majemuk kompleks.
Kalimat majemuk koordinatif merupakan kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, setara, atau sederajat. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk koordinatif secara eksplisit dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, dan tetapi, namun tak jarang hubungan itu hanya secara implisit, artinya tanpa menggunakan konjungsi.
Contoh : Nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa-tawa.
Kalimat majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa atasan, dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan. Kedua klausa tersebut biasanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif, seperti kalau, ketika, meskipun, dan karena.
Contoh : Kalau nenek pergi, kakek pun ikut pergi.
3.      Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Perbedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakukan berdasarkan lengkap dan tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat itu. Jika klausanya lengkap, sekurang-kurangnyamemiliki unsur subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Jika klausanya tidak lengkap, baik hanya terdiri subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja, maka kalimat itu disebut kalimat minor.
Contoh kalimat mayor : Kakek adalah seorang petani.
Contoh kalimat minor : Halo!
4.      Kalimat Verba dan Kalimat non-Verba
Kalimat verba adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verba, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verba. Sedangkan kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verba; bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.
Contoh:
·         Dika menendang bola.
·         Nenek sedang membaca.
5.      Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi uraian lengkap, atau dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Misalnya, Mencari pohon besar di Jakarta sangat susah., sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau menjadi pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan konteks. Biasanya kalimat terikat ini menggunakan salah satu tanda ketergantungan, seperti penanda rangkaian, penunjukan, dan penanda anaforis. Misalnya, Apa yang kamu lakukan di sana?

 Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

1 komentar: